× Humaniora Kesehatan Lingkungan Gaya Hidup Perempuan Agama Seni Budaya Sastra Sosok Wisata Resensi Nawala Intermeso Esai Media
#SOSOK

Ian Curtis: Liriknya Adalah Dirinya

Bersinar dikancah punk usia 22, dan mengakhiri hidupnya di usia 23.

Volunteer
Ian Curtis: Liriknya Adalah Dirinya
Foto: google.com

19/05/2020 · 3 Menit Baca

Hari ini, tepat 40 tahun lalu, 18 Mei 1980, Ian Curtis, penyanyi sekaligus penulis lirik bagi Joy Division, gantung diri di kediamannya, Barton Street, Cheshire, Inggris. Ian menyisakan segelas kopi, menitipkan surat untuk istrinya, Deborah “Debbie” Woodruf, di rak perapian, tentang keinginannya rujuk kembali. Sehari sebelumnya, Ian menerima surat cerai dari Deborah.

Sebelumnya, dia hanya menonton film Strozsek karya Werner Herzog, film sedih, yang melo, menyoroti kesengsaraan manusia dengan beberapa elemen humor gelap. Ian juga tengah memutar album The Idiot, Iggy Pop. Trek yang akan terputar adalah Tiny Girl, yang liriknya dimulai dengan, “hari itu dimulai, kau tidak ingin hidup karena sudah tidak percaya dengan pasanganmu.” Hari itu para personil Joy Division yang lain tengah berbelanja perlengakapan untuk keberangakatan tur mereka yang pertama ke Amerika.

Deborah bertemu Ian ketika masih remaja. Ian adalah sosok canggung dan kurus yang sering mengenakan celana jins. Pada saat itu, dia sudah menjadi pemuda yang dikagumi: seorang penyair dan penulis yang membawa karyanya ke mana-mana di dalam tas.

Kepada istrinya, Ian mengaku terobsesi terhadap bintang rock dan bintang film yang mati muda. Bacaan Ian pun serupa. Buku-buku yang mengisahkan penderitaan manusia dari karya Dostoyevsky, Nietzsche, Hesse, dan Ballard, dan mengatakan 'tidak ada misteri kesengsaraan yang besar' dari The Happy Prince-nya Oscar Wilde. Sejak kecil Ian memang sudah memperlihatkan bakat kepenyairannya, ia diberikan beasiswa pada usia 11 tahun oleh King's School, Macclesfield.

Namun Ian adalah sosok yang tak banyak bicara di luar. Seperti banyak orang yang bertemu dengannya, Ian adalah sosok yang sopan dan mudah bergaul, tetapi tertutup. Dia bukan orang yang dengan ringan mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. "Dia orang yang sangat gigih," kenang Sumner. "Jika dia akan melakukan sesuatu, dia pasti tidak akan membicarakannya denganmu,” lanjut pemain syntesizer Joy Division itu.

Ian – tentunya juga Joy Division – muncul secara mengejutkan dan berhenti dengan mengagetkan. Ian memang mati, tapi ia melahirkan sebuah era. Saat-saat musik sedang berkembang, di mana disko dengan cepat menuju rap dan hip-hop; funk menggeliat; dan Joy Division menjadi penanda bergeraknya punk menuju post-punk. Pula album Closer adalah lompatan Ian dari album Unknown Pleasures menuju titik penyerahan diri pada kematian. Menyerah dengan epilepsi yang diderita selama dua tahun belakangan dan depresi akut. Sangat akut.

Dua minggu sebelumnya, tanggal 2 Mei, Joy Division tampil di Universitas Birmingham, Inggris. Ya, itu adalah penampilan terakhir mereka. Joy Division sudah menjadi band yang paling keren dan digandrungi para mahasiswa, juga tentu anak skena punk rock di sana. Love Will tear Us Apart dan Transmission salah dua lagu yang paling akrab bagi pendengarnya. Joy Division tampil di aula ruang makan mahasiswa yang menampung sekitar 300 orang. Semuanya tak sabar menunggu Joy Division, yang telat muncul. Alasan mereka paling tidak, karena Joy Division membawa musik baru pada zamannya, tapi terdengar suram nan meneror-neror emosi penonton. Namun yang pasti, gaya Ian Curtis yang khas: kalem tapi juga terlihat mabuk berat paling mengesankan.

Ian mungkin bipolar, perasaannya gampang berubah-ubah dan dia tak segan-segan menampilkan itu di panggung. Ada saat-saat ketika dia tiba-tiba terlihat kelelahan, mendesah dan menutup matanya. Lalu dia menari ke sana ke mari dengan kelimpungan. Seolah-olah dia baru habis salto. Pada penampilan terakhirnya, ia bahkan meninggalkan panggung sekali hanya untuk menenangkan dirinya.

Penampilan langsung Joy Division di tahun 1979 di program BBC Something Else menjelaskannya dengan baik. Bagaimana performa Ian, melawan segala depresi dan mungkin juga pengaruh obat penenang. Matanya sayup, sering tertutup. ekspresinya datar sama dengan suaranya. Ia mungkin tidak segesit legenda punk, Iggy Pop di atas panggung. Ian hanya pengidap epilepsi yang berbadan kecil tak kekar, mengenakan kemeja polos yang tidak tampak ketat. Ia kutu buku yang menari dengan tangan, tanpa meninggalkan mic-nya.

Satu hal yang menonjol dari Joy Division adalah Liriknya yang kelam, bisa jadi, itu faktor pendukung utama nuansa bermusik Joy Division. Juga ketika tampil. Tapi lirik itu memang tidak bisa dilepaskan dari suasana hati Ian. Liriknya mencurahkan hatinya.

“kata-kata sangat berarti bagi Ian,” kata Deborah. "Jika dia merekam, kita harus mendengarkan semuanya. Dia akan berbicara tentang arti lirik dan kisah di baliknya. Dia tidak suka lagu yang tidak memiliki arti."

Dalam lagu Isolation di album Closer, Ian Curtis memperlihatkan penyerahan diri. “Aku melakukan yang terbaik yang aku bisa,” satu bagian lirik Curtis. Dan sepertinya menjadi satu tanda atas tragedi bunuh dirinya. “Hati-hati dengan sebuah alasan ..... dari orang lain yang peduli pada diri mereka sendiri.” Di ujung lagu, ketika Curtis menyanyikan kata “Isolation” secara berulang, tiba-tiba semuanya berhenti, lebih tepatnya putus. Lalu muncul lagi dengan berisik, berupaya menyambung instrumen sebelumnya. Sebentar saja. Dan lagu selesai. Seperti hidup Ian.

Potongan-potongan hidup Ian terasa terburu-buru. Ia menikahi Deborah di usia sembilan belas. Meninggalkan putrinya, Natalie yang baru satu tahun. Bersinar di kancah punk usia 22, dan mengakhiri hidupnya di usia 23. Dua bulan sesudah rekaman album kedua – sekaligus terakhirnya: Closer. Dan dua bulan sebelum album itu dirilis di bulan Juli. Ian dan bandnya kemudian dimistiskan. Mungkin karena melakukan sedikit wawancara.  Manggung sedikit. Atau paketan debut album penuh mereka hanya hitam-putih dan minim informasi, ataukah sampul album pertama mereka yang ikonik, cuma bergambar garis menyerupai garis denyut jantung itu.

Ian dan Joy Division menikmati kegemilangannya di kancah musik secara singkat. Namun sungguh impresif. Memulai era post-punk dengan sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya. Dalam waktu yang singkat itu, mereka masih terkenang dan teringat sampai sekarang. 40 tahun sudah, dan mungkin 40 tahun lagi, atau selamanya.


Share Tulisan Arief Bobhil


Tulisan Lainnya

Benny

#ESAI - 10/08/2021 · 15 Menit Baca

Delusi

#ESAI - 03/08/2021 · 15 Menit Baca

Saturasi

#ESAI - 26/07/2021 · 15 Menit Baca