pahit itu anak kandung kopi
tapi manis adalah rindu
yang menggoda
sepanjang tahun
di ujung kembang api
yang membakar angin
kopi menuang pagi terakhir
ke dalam cangkir rasa
bertemu serumpun nikmat
dalam deru hidup
sampai pahit manis
meniada
kopi awal tahun tetaplah
mula cerita tentang tarung rasa
dalam semesta cangkir
yang akan mengantar kita
terus berdamai dengan pahit manis
Ibrahim Gibra
31 Desember 2020
aku embun engkau daun
aku lelaki embun
engkau perempuan daun
mungkin besok ada lelaki daun
dan ada perempuan embun
mungkin ada yang bilang
sebaiknya lelaki itu daun
dan perempuan itu embun
tapi sekarang aku sudah embun
dan engkau pun sudah daun
aku lelaki embun
engkau perempuan daun
embun bertemu daun
daun merawat embun
dan anak-anak bermain riang
di taman seperti burung-burung
berkicau menguapkan embun pagi
Ibrahim Gibra
31 Agustus 2019
aku lelaki kelana
:Este GF
apa yang kau pikirkan bila
pintu rumah itu tertutup
saat aku berkelana?
sawitri pucuk merah yang
kau tanam di teras depan
puluhan tahun lalu
tetapkah rindunya?
gelombang cinta
di sisi tiang teras yang
sudah lama kita larung ke samudra
teruskah meriak?
kursi rotan di teras belakang
tak lapukkah bulan yang
selalu berganti rupa?
bila pagar pintu depan berderit
masihkah getar itu fasih mengeja
kelana dari deru kota?
Ibrahim Gibra
20 Juli 2019
aku lelaki haru
keharuan turun
dari cinta purba
yang bersemat daun-daun firdaus
di sana, sudah lama
rindu ditinggal sendiri
di tanah cinta
tersebab itu
kusemai kata terbaik
supaya ladang-ladang makna
menumbuh rindu sampai
akhirnya
Ibrahim Gibra
30 Agustus 2019
desember memang musim ombak
itukah ombak terakhir
yang datang tahun ini
sebelum pantai
bertukar rupa?
ombak di pantai
ombak yang menderu
di dada ini
di manakah teluk
tempat ombak desember
pecah rindunya?
Ibrahim Gibra
31 Desember 2020
menderas hujan
menderas hujan
di balik kaca jendela
gugur satusatu
menderas di dada
tak ada lagi embun
tersisa di punggung daun
Ibrahim Gibra
31 Desember 2020
Ibrahim Gibra, nama pena dari Gufran A. Ibrahim, punya kegemaran menulis artikel ihwal bahasa, masalah sosial budaya, demokrasi, pendidikan, dan literasi di Kompas dan di sejumlah koran lainnya. Ia juga menulis sajak dan cerpen yang diterbitkan dalam bentuk buku maupun diterbitkan di koran cetak dan daring. Gufran A. Ibrahim adalah Guru Besar Antropolinguistik pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Khairun. Ibrahim Gibra telah menerbitkan antologi sajak pertamanya, Karang Menghimpun Bayi Kerapu (Penerbit Jual Buku Sastra, 2019). Kini Ibrahim Gibra telah merampungkan antologi sajak kedua, Nikah Daun-Daun, Resepsi Pohon-Pohon (sedang dalam proses penerbitan) dan antologi ketiga, Makrifat Laut (sedang dalam penyuntingan). Ia juga telah merampungkan buku kumpulan artikelnya yang pernah dimuat di Kompas dan koran lainnya, Bertutur di Ujung Jempol: Esai Bahasa, Agama, Pendidikan, dan Demokrasi (kini sedang dalam proses penerbitan). Ibrahim Gibra dapat dihubungi via ibrahim.kakalu@gmail.com