:untuk Arlin Hart
bukan cahaya
apalagi cahaya di atas cahaya
sungguh bukan
tapi daun itu
baru saja dipilin Rumi
cahaya pun bercahaya
berkelana dalam terang
hingga air mata sufi
menjadi sungai firdaus
Ibrahim Gibra
7 Februari 2021
sajak lupa
:untuk Darmawati Majid
sempurna sudah
ingat menunaikan tugas
Ibrahim Gibra
15 Februari 2021
menyetir waktu
:untuk Arlin Hart
itu arah adalah jalan
di sana ada di sini
jauh cuma jarak
yang ada dalam jiwa
Ibrahim Gibra
31 Januari 2021
cuma rajakah yang bermahkota
:untuk Fachmi Alhadar
tangkup tahta
titah kata
raja bersabda
sesiapa yang nyata
kuasa tak naik sebagai mula
tapi turun yang berawal
tersebab waktu adalah hukum
Ibrahim Gibra
7 Februari 2021
cinta itu diwariskan
:untuk M. Ridha Ajam
tersebab Adam dan Hawa
tergoda pohon purba
cinta bersenandung
dalam abad rindu
ini kali
jejak firdaus
dilimban kembali
sampai segala cinta berpinak
menjadi abad dalam sungai punca
dan pohon purba pun terjejak sudah
Ibrahim Gibra
7 Februari 2021
dua lelaki awang-awang
:untuk ASK dan Kepala Suku
itu daun-daun yang tersemat
di dada
adalah baju bertajuk awan
ini kisah tak bisa dipilin
dengan aksara
kecuali gairah tumbuh
menjadi serenade
dalam lagu yang dirindu
para musafir
Ibrahim Gibra
7 Februari 2021
di pelabuhan itu
:untuk Dinda Je
entah sudah berapa kali
camar menjemputmu di pelabuhan itu
ada jangkar
dan tali tambat
yang diam
sedang aku bukan lagi
anak nakal
yang melompat dari jembatan itu
seperti pelagis riang
tersebab riak beriak
entah sudah berapa kali
kau menikmati nasijaha
dan cakalang bakar di Falajawa
sedang aku tak lagi anak kecil
yang bercanda dengan ombak
kali ini
sudah berapa kali
sauh itu berkabar
tentang perempuan
yang tertambat hatinya
pada riak beriak
hingga musim pun melupa waktu
Ibrahim Gibra
13 Januari 2021
di Ratahan aku kelu
:untuk Dinda Je
daun-daun berderai embun
melenting angin gunung
musim terus berulang
sampai pantai tak bisa lagi
menahan deru ombak
Ibrahim Gibra
31 Januari 2021
tentang perempuan yang
singgah di pelabuhan itu
:untuk Dinda Je
tak ada kemudi yang
tak berlabuh
tersebab di sanalah
segala rindu tersauh
kapal-kapal
selalu saja singgah
tapi perempuan itu
tak bertemu siapa-siapa
Ibrahim Gibra
7 Februari 2021
Ibrahim Gibra, nama pena dari Gufran A. Ibrahim, punya kegemaran menulis artikel ihwal bahasa, masalah sosial budaya, demokrasi, pendidikan, dan literasi di Kompas dan di sejumlah koran lainnya. Ia juga menulis sajak dan cerpen yang diterbitkan dalam bentuk buku maupun diterbitkan di koran cetak dan daring. Gufran A. Ibrahim adalah Guru Besar Antropolinguistik pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Khairun. Ibrahim Gibra telah menerbitkan antologi sajak pertamanya, Karang Menghimpun Bayi Kerapu (Penerbit Jual Buku Sastra, 2019). Kini Ibrahim Gibra telah merampungkan antologi sajak kedua, Musim yang Melupa Waktu (sedang dalam proses penerbitan) dan antologi ketiga, Pucuk pun Beriba pada Ranting (sedang dalam penyuntingan). Ia juga telah merampungkan buku kumpulan artikelnya yang pernah dimuat di Kompas dan koran lainnya, Bertutur di Ujung Jempol: Esai Bahasa, Agama, Pendidikan, dan Demokrasi (kini sedang dalam proses penerbitan). Ibrahim Gibra dapat dihubungi via ibrahim.kakalu@gmail.com